I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap
manusia yang hidup di dunia pasti pernah merasakan penderitaan. Baik itu ringan
atau berat. Hidup tidaklah selalu bahagia tuhan memiliki caranya sendiri untuk
mengukursebarapa kuat iman kepadanya. Hidup di duniapun tidak selalu menderita,
sedih, ataupun susah. Terkadang saat manusia terlalu terbuai dengan kesenangan
duniawi manusia akan melupakan batasan-batasan yang ada sehingga tuhan akan
memberikan cobaan untuknya yang membuatnya menderita. Penderitaan selalu datang
tak terduga, manusia takkan pernah tau kapan , jam berapa, menit keberapa, dan
detik keberapa penderitaan akan datang menghampiri hidupnya. Manusia hanya
perlu menjalani hidupnya dengan sebaik baiknya dengan aturan yang berlaku dan
sesuai kepercayaan yang ia anut.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas
sebagai berikut :
1. Pengertian
Penderitaan.
2. Contoh-contoh
penderitaan dan penyebabnya
3. Siksaan.
4. Pengaruh
penderitaan terhadap manusia dan kelangsungan hidupnya.
1.3. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui dan memahami tentang hubungan manusia dengan penderitaan.
2. Untuk
memahami berbagai macam penyebab manusia mengalami penderitaan.
3. Untuk
memahami apa saja jenis penderitaan yang terjadi pada manusia
II. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Penderitaan
Penderitaan adalah
bahasa yang sering kita dengar. Penderitaan berasal dari kata derita.Kata
derita berasal dari bahasa Sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung.
Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan.
penderitaan bisa bersifat lahir dan
bersifat batin. Setiap manusia memiliki penderitaan yang berbeda – beda.
Manusia dikatakan menderita apa bila dia memiliki masalah, depresi karena
tekanan hidup, dan lain lain. Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas
penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang
ringan. Akibat penderitaan yang
bermacam-macam.Ada yang mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan,
ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu,
penderitaan belum tentu tidak bermanfaat.Penderitaan juga dapat menular dari
seseorang kepada orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak
saudara.
Menurut
agama penderitaan itu adalah teguran dari tuhan. Penderitaan ada yang ringan
dan berat contoh penderitaan yang ringan adalah ketika seseorang mengalami
kegagalan dalam menggapai keinginannya. Sedangkan contoh dari penderitaan berat
adalah ketika seorang manusia mengalami kejadian pahit dalam hidupnya hingga ia
merasa tertekan jiwanya sampai terkadang
Ingin mengakhiri hidupnya.
Penderitaan adalah termasuk realitas manusia di dunia. Namun peranan
individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan.Suatu pristiwa
yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi
orang lain. Penderitaan adalah bagian dari kehidupan. Penderitaan adalah sebuah
kata yang sangat dijauhi dan paling tidak disenangi oleh siapapun. Penderitaan
itu ternyata berasal dari dalam dan luar diri manusia itu sendiri. Atau
disebut juga dengan faktor internal dan
eksternal.
Dalam diri manusia ada cipta, rasa dan karsa. Karsa adalah sumber yang
menjadi penggerak segala aktifitas manusia. Cipta adalah realisasi dari adanya
karsa dan rasa. Baik rasa maupun karsa selalu ingin dipuaskan. Apabila telah
dipenuhi barulah manusia akan merasa senang atau bahagia. Dan jika tidak
terpenuhi maka akan menderita.
Rasa kurang mengakibatkan munculnya wujud penderitaan, bahkan lebih dari
itu yaitu rasa takut. Rasa takut setiap saaat dan setiap tempat dapat muncul.
Maka hal itu merupakan musuh utama manusia (Dr. Orison Sweet Marden)
Sekarang yang paling penting upaya kita
untuk meniadakan rasa takut dan rasa kurang itu Karena keduanya itu termasuk
penyakit batin manusia maka usaha terbaik adalah menyehatkan batin itu. Kita
mengetahui bahwa faktor yang mempengaruhi penderitaan itu adalah faktor internal
dan eksternal. Faktor ini dapat dibedakan dua macam yaitu:
Eksternal murni
-yaitu penyebab yang benar-benar berasal
dari luar diri manusia yang
bersangkutan.
Eksternal tak murni,
-yaitu penyebabnya tampak dari luar diri
manusia, tetapi sebenarnya dari dalam diri manusia yang bersangkutan.
Bila kita mengalami penderitaan maka
sikap kita yang paling jitu adalah "mawas diri". Dengan jalan itu
dapat memperoleh jawaban penderitaan sebagai ujian Allah, sehingga kita menjadi
orang yang sabar dan tawakkal sambil berikhtiar menyingkirkan penderitaan.
2.2.
Siksaan
Penderitaan biasanya di sebabkan oleh siksaan.
Baik fisik ataupun jiwanya.Siksaan atau
penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada
penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala
tindakan yang menyebabkan penderitaan,
baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap
seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, pemaksaan informasi,
atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat
disebut sebagai penyiksaan. Siksaan
dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan
sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang
dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Arti siksaan, siksaan berupa
jasmani dan rohani bersifat psikis, kebimbangan, kesepian, ketakutan.
Siksaan Yang Sifatnya Psikis :
Kebimbangan.
memiliki arti tidak dapat menetukan pilihan
mana yang akan dipilih.
Kesepian.
merupakan rasa sepi yang dia alami pada
dirinya sendiri / jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai.
Ketakutan.
adalah sebuah sesuatu yang tidak dinginkan
yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu
dibesar-besarkan tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia.
Ada 10 jenis objek yang paling sering
ditakuti oleh manusia atau mereka yang masuk dalam sumber phobia di muka bumi
ini.
- Claustrophobia dan Agoraphobia
Ooustrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup. Agoraphobia adalah
ketakutan yang disebabkan seseorang berada di tempat terbuka.
- Takut ular Ini merupakan jenis phobia
yang paling sering dijumpai. Ketakutan secara berlebihan pada ular dikaitkan pada kemampuan nenek
moyang kita bertahan di alam liar. Ular sejak dulu dianggap hewan berbisa,
menjijikkan, dari masa ke masa. Bahkan juga diidentikkan dengan setan oleh
keyakinan tertentu. Ternyata phobia akan ular ini bersifat evolusioner,
diturunkan oleh nenek moyang manusia sejak zaman dulu sampai sekarang.
- Takut laba-laba Ditemukan bahwa kaum
perempuan empat kali lipat lebih banyak jumlahnya yang takut atau jijik pada
laba-laba daripada kaum lelaki. Pada studi yang dipublikasikan di jurnal
Evolution and Human Behavior, David Rakison dari Carnegie Mellon University di
Pittsburgh mengatakan bahwa bayi perempuan usia 11 bulan mampu mengekspresikan
ketakutan begitu melihat gambar laba0laba dan ular, sedangkan bayi lelaki tidak. Teori evolusi mengatakan
bahwa hal itu wajar, sebab kaum perempuan sering bersua laba-laba di rumah,
atau saat mereka menyiapkan makanan di dapur. Sedangkan kaum lelaki cenderung
diajarkan untuk berani pada hewan tersebut ketika berada di alam liar
- Takut pada orang lain Pernah bertemu
orang yang mukanya memerah saat bicara di depan orang banyak? Berkeringat,
susah bicara atau gagap atau bahkan sampai sakit perut? Itulah ciri-ciri orang
yang takut pada orang lain atau dikenal dengan nama sosialphobia. Sebanyak 15
juta orang Amerika dewasa menderitanya, demikian menurut National Institute of
Mental Health. Yang parah, kadang bukan
saat melakukan pembicaraan di depan umum saja. Penderita sosialphobia juga
kerap kesulitan makan atau minum di depan orang banyak. Gejalanya baru terlihat
setelah memasuki usia puber.
- Takut ketinggian Ini adalah jenis phobia
yang juga lumayan banyak penderitanya. Diperkirakan sebagnyak 3-5% dari seluruh
populasi dunia menderita akrophobia, takut berada di tempat tinggi. Pada riset
yang pernah dilakukan, penderita akrophobia merasa semua tempat tinggi berjarak lebih tinggi dari yang sesungguhnya.
Misalnya tinggi sebenarnya hanya 3 meter, maka di mata penderita akrophobia,
mereka seperti melihat obyek yang tingginya 6 meter.
- Takut kegelapan Takut pada kegelapan
yang diderita anak-anak ternyata adalah phobia paling umum juga. “Anak -anak
mempercayai imajinasinya bahwa di kegelapan bisa mendadak muncul hantu,
penculik, atau perampok,” jelas Thomas Ollendick, profesor psikologi dan
direktur Child Study Center di Virginia Tech. Secara normal, ketakutan ini akan
hilang seiring dengan bertambahnya usia.
Namun jika hingga usia dewasa kita masih menderita ketakutan pada gelap, maka
artinya kita menderita nyctophobia.
- Takut kilat dan halilintar Bagi para
penderita phobia ini, suara halilintar dan kilat akan terasa seperti
menghentak jantung, bahkan membuat
mereka berkeringat. Penderita yang parah bahkan sampai memutuskan pindah ke
daerah yang aman dari petir dan kilat., demikian kata John Westefeld, ilmuwan
dari University of Iowa. Westefeld melaporkan, dari surveinya terhadap
mahasiswa di tahun 2006, sebanyak 73% menderita ketakutan ringan pada cuaca.
Namun kebanyakan mereka malu untuk mengakuinya. Bagi mereka yang phobia pada
kilat dan halilintar, ada baiknya mulai melatih rasa panik dan kecemasan.
- Takut terbang Jangan dikira mereka
ini orang udik yang belum pernah naik pesawat, sebab faktanya sebanyak 25 juta
warga Amerika juga menderita phobia ini. Nama penyakitnya adalah aviophobia,
dimana seseorang sangat takut naik pesawat. Bisa jadi memang sudah sejak
lahir begitu, atau ada yang pernah
mengalami kecelakaan pesawat sehingga merasa trauma naik pesawat lagi, sebab peristiwa mengerikan itu
terus terbayang.
- Takut Anjing Tidak usah harus anjing besar
jenis doberman, anjing yang imut macam pudel pun ditakuti. Penderita cynophobia
ini mengalami rasa takut digigit anjing, bisa jadi memang pernah digigit atau
melihat orang lain digigit anjing, demikian menurut profesor psikologi Brad
Schmidt dari Ohio State University.
- Takut Dokter Gigi Bukan cuma anak
kecil lho yang takut ke dokter gigi, orang dewasa juga ada. Sebanyak 9-20
oersen orang Amerika ternyata menghindari memeriksakan giginya ke dokter walau
sudah dalam kondisi parah sekalipun. Rasa takut ini lebih disebabkan oleh rasa
nyeri yang timbul ketika plak gigi dibersihkan, dan memang tidak semua orang
bisa menahannya 6
Apa yang membuat seseorang menjadi phobia ?
Ahli-ahli medis mempunyai pendapat yang berbeda-beda dan banyak penderita yang
mempunyai teori tentang asal mula dati ketakutan mereka. Kebanyakan phobianya
dimulai dengan suatu schock emosional atau suatu tekanan pada waktu tertentu,
misalnya pekerjaan baru, kematian dalam
keluarga, suatu operasi atau sakit yang serius. Beberapa penderita mengatakan
bahwa mereka memang merasa gelisah dan tertekan sejak masih kanan-kanak, tetapi
phobia juga dapat berkembang dalam diri orang-orang yang kelihatannya tenang
dan mantap. Untuk mengatasi phobia yaitu dengan hipnoterapi. mengkondisikan
gelombang otak klien pada gelombang alfa
atau theta dan menjaganya pada gelombang tersebut. Ketika klien berada pada gelombang alfa atu theta, maka
semua memori yang pernah terjadi pada diri klien mulai dari janin sampai dia
dewasa dapat diakses atau diingat kembali. Betul, itulah kehebatan pikiran
bawah sadar kita yang mampu merekam semua kejadian/peristiwa yang pernah kita alami. Dengan begitu kita dapat
mengetahui kapan pertama kali klien mengalami kejadian yang membuatnya phobia.
Dengan mengetahui pemicu pertama kalinya klien mengalami phobia, maka hal ini
dapat diatasi dengan mudah.
2.3. Kekalutan Mental
Gejala-gejala permulaan pada orang yang
mengalami kekalutan mental adalah sebagai
berikut :
- Nampak pada jasmani yang sering
merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
- Nampak pada kejiwaannya dengan rasa
cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
- Selalu iri hati dan curiga, ada
kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar sehingga dia menjadi sangat agresif,
berusaha melakukan pengrusakan atau melakukan detruksi diri dan bunuh diri.
- Komunikasi sosial putus dan ada yang
disorientasi social
- Kepribadian yang lemah atau kurang
percaya diri sehingga menyebabkan yang
bersangkutan merasa rendah diri, ( orang-orang melankolis)
- Terjadinya konflik sosial budaya
akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya dengan lingkungan
masyarakat.
Tahap- tahap gangguan jiwa :
- Gangguan kejiwaan nampak dalam
gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya.
- Usaha mempertahankan diri dengan cam
negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara benahan dirinya salah; pada
orang yang tidak menderita gantran kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru
lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan
melarikan diri dan persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
- Kekalutan merupakan titik patah
(mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan
- Krisis ekonomi yang berkepanjangan
telah menyebabkan meningkatnya jumlah
penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan.
- Dipicu oleh faktor psychoeducational.
Faktor ini terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pendidikan anak sejak
kecil, mekanisme diri dalam memecahkan masalah. Konflik-konflik di masa kecil
yang tidak terselesaikan, perkembangan yang terhambat serta tiap fase
perkembangan yang tidak mampu dicapai secara optimal dapat memicu gangguan jiwa
yang lebih parah.
- Faktor sosial atau lingkungan juga
dapat berperan bagi timbulnya gangguan jiwa, misalnya budaya, kepadatan
populasi hingga peperangan. Jika lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung
untuk mengalami gangguan jiwa maka seorang anak tidak akan terkena gangguan
jiwa. Demikian pula sebaliknya. Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi
mempunyai kemungkinan dapat menurun dari orang tuanya. Namun hal ini tidak
berlaku secara absolut.
Sebab-sebab Timbulnya Kekalutan Mental
- Kepribadian yang lemah akibat kondisi
jasmani atau mental yang kurang sempurna.
- Terjadinya konflik sosial-budaya
akibat adanya norma yang berbeda antara yang
bersangkutan dan yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat
menyesuaikan diri lagi.
- Cara pematangan bathin yang salah
dengan memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan sosial; overacting
sebagai overkompensasi dan tampak emosional.
Proses-proses kekalutan mental:
Positif, bila trauma (luka jiwa) yang
dialami seseorang, akan disikapi untuk mengambil hikmah dari kesulitan yang
dihadapinya, setelah mencari jalan keluar maksimal, tetapi belum mendapatkannya
tetapi dikembalikan kepada sang pencipta yaitu Allah SWT, dan bertekad untuk
tidak terulang kembali dilain waktu.
Negatif, bila trauma yang dialami tidak
dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan
batin akibat tidak tercapainya apa yang dicita-citakan. Penderitaan berasal
dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya
menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang
tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin.
Sedangkan perjuangan merupakan usaha manusia untuk keluar dari penderitaan.
2.4.Penderitaan dan Perjuangan
Setiap manusia pasti mengalami penderitaan,
baik secara berat ataupun ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia
yang bersifat kodrati. Karena itu terserah kepada manusia itu sendiri untuk
berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan menghindari atau
menghilangkan sama sekali. Manusia adalah makhluk berbudaya, dengan budayanya itu ia berusaha mengatasi
penderitaan yang mengancam atau dialaminya. Hal ini membuat manusia itu
kreatif, baik bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain yang melihat atau
mengamati penderitaan. Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya
sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan
hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak
boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan.
Manusia harus optimis, ia harus berusaha
mengatasi kesulitan hidupnya. Allah berfirman dalam surat Arra‟du ayat 11, bahwa
Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang
berusaha merubahnya. Pembebasan dari penderitaaan pada hakekatnya meneruskan
kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam
alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada
Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Kita sebagai manusia hanya
bisa merencanakan namun yang Tuhanlah yang yang menentukan hasilnya.
2.5. Penderitaan, media massa, dan
seniman
Berita mengenai penderitaan manusia silih
berganti mengisi lembaran koran, layar TV,
pesawat radio, dengan maksud agar semua orang yang menyaksikan ikut
merasakan dari jauh penderitaan manusia.
Dengan demikian dapat mengunggah hati manusia untuk berbuat sesuatu. Media
massa adalah alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan
peristiwa-peristiwa penderitaan manusia
secara cepat kepada asyarakat luas. Dengan demikian masyarakat dapat segera
menilai untuk menentukan sikap anatara sesama manusia, terutama bagi mereka
yang simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para
seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca dapat mengambil hikmah dan
pelajaran dari karya tersebut.
2.6. Pengaruh Penderitaan Terhadap
Kelangsungan Hidup Manusia
Penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh
bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap
positif ataupun sikap negative. Sikap negative misalnya penyesalan karena tidak
bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi
penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian
penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan
penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Orang yang merasa dirinya
menderita akan mendapat tekanan dari dalam jiwanya dan rasa malu. Tak jarang
banyak manusia yang ingin mengakhir hidupnya karena tidak kuat menopang siksaan
dalam hidupnya. Ini terjadi di karenakan kekalutan mental. Kekalutan mental merupakan suatu keadaan dimana jiwa seseorang
mengalami kekacuan dan kebingungan dalam dirinya sehingga ia merasa tidak
berdaya.
Gejala- gejala permulaan pada orang yang
mengalami kekalutan mental sebagai berikut :
a) Fisiknya sering merasa pusing, sesak napas,
demam dan nyeri pada lambung.
b) Jiwanya sering menunjukkan rasa cemas,
ketakutan, patah hati, apatis (kurangnya emosi, motivasi, atau antusiasme).
Terkadang kekalutan mental bisa berujung pada gangguan jiwa dikarenakan
kepribadiaan yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna
sehingga orang tersebut merasa rendah diri.
2.7. Contoh
Contoh Penderitaan dan Penyebabnya
Berdasarkan sebab-sebab timbulnya
penderitaan, maka penderitaan manusia dapat dibagi menjadi beberapa bagian
sebagai berikut :
-Nasib buruk
Penderitaan ini karenakan perbuatan buruk
manusia yang dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan alam sekitarnya.
Perbedaan nasip buruk dan takdir adalah
jika takdir di tentukan oleh tuhan sedangkan nasib buruk penyebabnya Karena ulah manusia itu
sendiri. Contohnya : penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab
tuhan. Namun dengan kesabaran dan tawakal dan optimise merupakan usaha manusia
untuk mengatasi penderitaan tersebut.
-Kehilangan orang tua,
Setiap manusia pasti mencintai orang
tuanya dan memiliki hubungan yang erat dengan keluarganya. Penderitaan ini
adalah yang paling sering kita jumpa dan
sangat sedih tentunya.tapi kesedihan karena penderitaan diharapkan tidak
berlarut larut karena semua manusia yang hidup pasti akan kembali kepada tuhannya.
-Kemiskinan
Banyak orang yang mederita karena
kemiskinan, merasa tidak pernah cukup
dengan apa yang telah ia punya sehingga mengakibatkan seseorang merasa
menderita karena tidak bisa memiliki sesuatu yang ia inginkan. Ini di karena
kan kurangnya rasa syukur manusia atas apa yang telah di berikan oleh tuhan.
-Bencana
Tidak ada seorang pun yang dapat
menghindari bencana yang tuhan berikan. Bencana bisa kapan saja dating dan
menimpa siapa saja bahkan seringkali mengakibatkan kehilangan anggota keluarga.
Trauma batin yang diakibatkan karena bencana juga sulit di sembuhkan. Setiap
penderitaan yang dialami oleh seseorang membawa pengaruh baik positif maupun
negatif. Sikap positif yaitu sikap optimis dalam menghadapi penderitaan hidup,
bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan,
melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, menyadari apa yang
telah diperbuat selama hidup, dan penderitaan itu hanya bagian dari kehidupan.
Sedangkan sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, kecewa, putus asa, ingin bunuh diri, dan bahkan
selalu menyalahkan Tuhan.
Ada Pula Contoh Siksaan
-Rasa Sakit
Rasa sakit adalah rasa yang penderita akibat
menderita suatu penyakit. Rasa sakit ini dapat menimpa setiap manusia.
Kaya-miskin, besar-kecil, tua-muda, berpangkat atau rendahan tak dapat
menghindarkan diri darinya. Orang bodoh atau pintar, bahkan dokter. Penderitaan,
rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian peristiwa yang satu dan lainnya tak
dapat dipisahkan merupakan rentetan sebab akibat. Karena siksaan, orang merasa
sakit; dan karena merasa sakit, orang menderita. Atau sebaliknya, karena
penyakitnya tak sembuh-sembuh, ia merasa tersiksa hidupnya, dan mengalami
penderitaan.
-Neraka
Berbicara tentang neraka, kita selalu ingat
kepada dosa. Juga terbayang dalam ingatan kita, siksaan yang luar biasa, rasa
sakit dan penderitaan yang hebat. Jelaslah bahwa antara neraka, siksaan, rasa
sakit, dan penderitaan terdapat hubungan yang tak dapat dipisahkan satu sama
lain. Empat hal itu merupakan rangkaian sebab-akibat. Manusia masuk neraka
karena dosanya. Oleh karena itu, bila kita berbicara tentang neraka tentu berkaitan
dengan dosa. Berbicara tentang dosa juga berbicara tentang kesalahan. Dalam Al
Qur‟an banyak ayat yang berisi tentang siksaan di neraka atau ancaman siksaan. Surat-surat
itu antara lain surat Al-Fath ayat 6 yang artinya:Dan supaya mereka menyiksa orang-orang
yang munafik laki-laki dan perempuan, oang-orang yang musyik laiki-laki dan
perempuan yang mempunyai persangkaan jahat terhadap Allah. Mereka mendapat giliran buruk. Allah
memurkai mereka dan menyediakan neraka Jahanam baginya. Dan neraka Jahanam itu
adalah seburuk-buruknya tempat kembali.(Q.S. Al-Fath : 60)
Penderitaan dan sebab-sebabnya
-Penderitaan
yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan ini menyangkut tentang manusia dan
lingkungan sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk
ini dapat diperbaiki manusia hingga menjadi nasib baik. Dengan kata lain
manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya. Tetapi kalau takdir Allah yang
menentukan kita hanya bisa menerima,
sedangkan nasib buruk itu manusia sebagai penyebabnya. Maka dari itu manusia
dituntut untuk berusaha untuk mendapatkan kehidupan sebaik baiknya dengan cara yang baik pula.
-Penderitaan yang timbul karena
penyakit, siksaan/azab Tuhan
Ini merupakan kehendak allah, tapi dalam hal
inipun manusia masih dapat berusaha
yaitu dengan kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat berupa usaha manusia
mengatasi penderitaan itu.
Pengaruh penderitaan Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan dapat
pengaruh yang berbeda dari dalam dan luar dirinya.
Diantaranya adalah sikap positif dan
negatif:
-Sikap positif : sikap optimis mengatasi
penderitaan hidup bahwa hidup bukan sebuah penderitaan yang panjang untuk dia
dan disekitarnya sendiri.
-Sikap negatif : penyesalan karena tidak
bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin
bunuh diri
2.8. Penderitaan Sebuah Fenomena
Universal
Sebenarnya penderitaan terjadi tidak hanya
lantaran perang atau karena tingkah manusia agresif lainnya. Banyak hal yang
menyebabkan penderitaan manusia, seperti; bencana alam, musibah atau kecelakan,
penindasan, perbudakan, kemiskinan dan sebagainya. Penderitaan bisa dikatakan sebagai fenomena yang
universal. Penderitaan tidak mengenal ruang dan waktu. Ini berarti bahwa
penderitaan tidak hanya dialami oleh manusia zaman sekarang, dimana kebutuhan
dan tuntutan hidup semakin meningkat yang mana akan menimbulkan penderitaan bagi yang tidak mampu untuk
memenuhinya. Akan tetapi penderitaan itu telah ada sejak kelahiran manusia
pertama yaitu nabi Adam. Betapa menderitanya nabi Adam dan Hawa ketika ia harus
meninggalkan surga lantaran tindakannya yang tidak mengikuti perintah Tuhan dan lebih mengikuti nafsunya
dan bujukan syaitan. Selain itu penderitaan sebagai fenomena universal tidak
mengenal perbedaaan manusia. Maksudnya, penderitaan juga bisa dialami oleh
manusia-manusia suci atau nabi dan rasul. Begitu universalnya fenomena
penderitaan maka tidak mengherankan kalau banyak para seniman dan filsuf
mengangkat penderitaan dalam karya-karya seni dan ajaran filsafatnya. Bahkan
bisa dikatakan hampir semua karya seni lahir dari imajinasi penderitaan.
III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada
hakekatnya penderitaan dan manusia itu berdampingan bahkan penderitaan itu
selalu ada pada setiap manusia karena penderitaan merupakain rangkaian dari
kehidupan. Setiap orang pasti pernah mengalami penderitaan. Penderitaan itu
dapat teratasi tergantung bagaiamana
seseorang menyikapi penderitaan tersebut. Banyak hikmah dan pelajaran yang
dapat diambil dari penderitaan. Tidak semua penderitaan yang dialami oleh
seseorang membawa pengaruh buruk bagi orang yang mengalaminya. Melainkan dengan
penderitaan kita dapat mengetahui kesalahan apa yang telah kita perbuat atau
sebagai media untuk menginstropeksi diri. Karena penderitaan tidak akan muncul
jika tidak ada penyebabnya. Agar manusia tidak mengalami penderitaan yang berat
untuk itu manusia harus bisa menjaga sikap dan perilaku baik kepada sesama
manusia, alam sekitar, maupun kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan kita
menjaga sikap dan perilaku antar sesama manusia, alam sekitar, dan Tuhan Yang
Maha Esa, kita akan hidup dengan nyaman dan tentram tidak ada gangguan dari
siapapun. Selain itu kita harus yakin dan percaya bahwa Tuhan tidak akan
memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya
DAFTAR PUSTAKA
·
Widyo Nugroho, Achmad
Muchji. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Universitas Gunadarma
·
Ali, M. Daud. 1998.
Pendidikan Agama Islam. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta.
·
Prof. Abdulkadir Muhammad,
S.H., 2011. Ilmu Sosial Dasar Umum. Bandung: Citra Aditya Bakti
·
Widyo Nugroho, Achmad
Muchji. 1994.Seri diktat kuliah Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma.
·
Hakim, M Arifin. 2001.
Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:Pustaka Satya
·
Drs. Djoko Widagdho,
dkk. 2008. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta. PT bumi aksara.