I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dimuka bumi ini Tuhan menciptakan berbagai macam makhluk hidup salah satunya adalah manusia. Manusia sebagai salah satu ciptaan tuhan yang maha esa. Manusia ditugaskan sebagai pemimpin untuk mengatur isi muka bumi ini. Manusia diberikan oleh tuhan akal pikiran, perasaan yang tidak di miliki makhluk hidup lainnya. Manusia terdiri dari berbagai macam organ salah satunya hati.
Hati merupakan organ manusia yang berhubungan langsung dengan perasaan- perasaan itu adalah yang tidak berwujud namum dapat dirasakan perasaan itu ada seneng, sedih, dan marah bahkan sangat berkaitan dengan cinta dan kasih. Bagi manusia hati lebih nyata dibandingkan apa yang dipikirkan, hati lebih bisa menjawab semuanya dengan kata lain “hati tidak pernah bohong”. Cinta merupakan hal yang sangat menarik dalam hidup seseorang.
Namun sekarang bagi manusia pada umumnya masih bingung apa arti cinta itu sendiri. Dari jaman dulu sampai sekarang hakikat cinta kasih masih menjadi perbincangan yang tidak dibatasi secara jelas dengan makna yang luas pula. Walaupun, sulit juga untuk diungkapkan dan diingkari bahwa cinta adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang cukup fundamental.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian cinta kasih ?
2. Apakah pengertian kasih sayang ?
3. Apakah pengertian kemesraan dan pemujaan?
4. Apakah pengertian belas kasihan ?
5. Bagimanakah hubungan manusia dengan cinta kasih ?
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian cinta kasih.
2. Untuk mengetahui pengertian kasih sayang.
3. Untuk mengetahui pengertian kemesraan dan pemujaan.
4. Untuk mengetahui pengertian belas kasihan.
5. Untuk mengetahui bagimanakah hubungan manusia dengan cinta kasih.
II. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Cinta Kasih
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Purwodarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta (kepada) atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta dan kasih itu hamper sama sehingga kata kasih dapat dikatakan lebih memperkuat rasa cinta. Oleh karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Walaupun cinta dan kasih mengandung arti yang hampir sama, antara keduanya terdapat perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam, sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, mengarah pada orang atau yang dicintai. Dengan kata lain, bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Erich Fromm (1983: 24-27) dalam bukunya Seni Mencintai menyebutkan bahwa cinta itu terutama member, bukan menerima, dan member merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam member adalah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyertakan unsur-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian, dan pengenalan.
Secara sederhana cinta kasih adalah perasaan kasih sayang yang dibarengi unsur terikatan, keintiman dan kemesraan (Cinta Ideal / Segitiga Cinta) di sertai dengan belas kasihan, pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab. Tanggung jawab yang diartikan akibat yang baik, positif, berguna, saling menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan dan kebahagiaan.
2.2. Pengertian Kasih Sayang
Pengertian kasih sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadaminta yaitu perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka pada seseorang. Dalam berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta.
Dalam kasih sayang sadar atau tidak dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling terbuka, sehingga keduannya merupakan suatu kesatuan yang utuh. Seorang remaja menjadi frustasi, morfinis, berandalan dan sebagainya itu disebabkan karena kekurangan perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga.
Menurut Erich Fromm (1983 : 54) dalam bukunya Seni Mencintai mengemukakan tentang adanya berbagai macam-cinta yang dapat di uraikan sebagai berikut :
a. Cinta Terhadap Allah
Merupakan puncak cinta manusia, yang paling jernih, spiritual dan yang dapat memberikan tingkat perasaan kasih sayang yang luhur, khususnya perasaan simpatik dan sosial. Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta menjadikekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupan dan menundukkan semua
bentuk cinta yang lain.
b. Cinta Diri Sendiri
Secara alami manusia mencintai dirinya sendiri (self love) dan banyak orang yang menafsirkan cinta diri sendiri diidentikan dengan egoistis. Jika demikian cinta diri sendiri ini bernilai negatif. Namun apabila diartikan bahwa cinta diri sendiri adalah mengurus dirinya sendiri, sehingga kebutuhan jamsmani dan rohaninya terpenuhi seimbang ini bernilai positif. Dengan demikian cinta terhadap dirinya tidak harus dihilangkan tetapi harus berimbang dengan cinta kepada orang lain untuk berbuat baik.
c. Cinta Erotis
Cinta yang erat dorongannya dengan dorongan seksual (sifat membirahikan) ini merupakan sifat eksklusif (khusus) yang bias memperdayakan cinta yang sebenarnya. Hal itu dikarenakan cinta dan nafsu tersebut letaknya tidak berbeda jauh. Disi lain Cinta erotis jika didasari dengan cinta ideal, kasih sayang, keserasian maka berfungsi dalam melestarikan keturunan dalam ikatan yang sah yaitu pernikahan. Sebaliknya jika tidak didasari kasih sayang yaitu nafsu yang membutakan akal pikiran sehingga yang ada hanya nafsu birahi didalamnya akan timbul rasa ketidak puasan bias berakhir dengan sebuah perceraian bahkan akan mungkin timbul juga perselingkuhan atau ke tempat pelacuran yang didalamnya tidak mungkin akan timbul rasa kasih sayang karena yang ada hanya nafsu birahi berhubungan badan saja, dengan uang sebagai bayarannya.
d. Cinta Keibuaan
Kasih sayang itu bersumber dari cinta keibuan, yang paling asli dan yang terdapat pada diri seorang ibu terhadap anaknya sendiri. Ibu dan anak terjalin suatu ikatan fisiologi. Seorang ibu akan memelihara anaknya dengan hati-hati penuh dengan kasih sayang dan naluri alami seorang ibu. Sedangkan menurut para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukan karena fisologis, melainkan dorongan psikis.
e. Cinta Sesama Manusia (Persaudaraan)
Cinta kepada sesama manusia atau persaudaraan itu merupakan watak manusia itu sendiri dan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatannya kepada sesama manusia. Perbuatan dan perlakuan yang baik kepada sesama manusia bukan berarti karena seseorang itu membela, menyetujui, mendukung dan berguna, bagi dirinya, melainkan dating dari hati nuraninya yang ikhlas disertai tujuan yang mulia. Motivasi perbuatan dan perlakuan seseorang mencintai sesama manusia itu disebabkan karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendirian (manusia sebagai makhluk sosial) dan sudah merupakan suatu kewajiban.
2.3. Kemesraan
Kemesraan berasal dari kata mesra yang berarti erat atau karib sehingga kemesraan berarti hal yang menggambarkan keadaan sangat erat atau karib. Kemesraan juga bersumber dari cinta kasih dan merupakan realisasi nyata. Kemesraan dapat diartikan sama dengan kekerabatan, keakraban yang dilandasi rasa cinta dan kasih.
Tingkatan kemesraan dapat dibedakan berdasarkan umur, yaitu :
- Kemesraan dalam Tingkat Remaja, terjadi dalam masa puber. Pubertas yaitu dimana masa remaja memiliki kematangan organ kelamin yang menyebabkan dorongan seksualitasnya kuat.
- Kemesraan dalam Rumah Tangga, terjadi antara pasangan suami istri dalam perkawinan. Biasanya pada tahun tahun awal perkawinan, kemesraan masih sangat terasa, namun bila sudah agak lama biasanya semakin berkurang.
- Kemesraan Manusia Usia Lanjut, kemesraan juga dapat diteruskan dalam masa manusia usia lanjut (manula). Pandangan lama mengatakan, bahwa kalau manusia sudah usia lanjut, sudah menjadi kakek dan nenek tidak pantas lagi untuk bermesraan. Kemesraan bagi manula dapat diwujudkan dalam makan, duduk, jalan-jalan, menonton televisi atau membaca kora bersama-sama.
2.4. Pemujaan
Pemujaan berasal dari kata puja. Menurut kamus umum bahasa indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, kata puja bearti penghormatan atau memuja dewa-dewa atau berhala. Dalam perkembangannya pujaan dapat ditujukan kepada orang yang dicintai, pahlawan yang diagungkan dan Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam pujaan terkandung pengertian bukan sekedar dipuja, tetapi juga disucikan. Pujaan terhadap orang yang dicintainya diwujudkan dalam personafikasi dan kata-kata yang indah, misalnya diibaratkan sebagai bunga mawar merah atau melati putih.Selain dengan pujaan hati, pujaan juga diberikan kepada para pahlawan. Begitu dalamnya pemujaan terhadap pahlawan, terutama pahlawan yang gagah berani dan gugur untuk nusa dan bangsanya, sehingga ia diabdikan dalam buku sejarah ataupun lagu.
Pemujaan kepada tuhan adalah perwujudan cinta manusia kepada Tuhan. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini, dikarenakan pemujaan kepada Tuhan adalah inti, nilai dan makan kehidupan yang sebenarnya. Penyebab hal itu terjadi karena Tuhan pencipta alam semesta. Seperti dalam Surat Al-Furqan ayat 59-60 yang menyatakan: “Dia yang menciptakan langit dan bumi beserta apa-apa diantara keduanya dalam enam rangkaian massa, kemudian Dia bertahta di atas singgasana-Nya. Dia Maha Pengasih, maka tanyakanlah kepada-Nya tentang soal-soal apa yang perlu diketahui”. Selanjutnya ayat 60, “Bila dikatakan kepada mereka, Sujudlah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.”
a. Cara pemujaan
Dalam kehidupan manusia terdapat berbagai cara pemujaan sesuai dengan agama, kepercayaan, kondisi dan situasi. Sembah yang di rumah, di masjid, di gereja, di pura, di candi bahkan di tempat-tempat yang dianggap keramat merupakan perwujudan dari pemujaan kepada Tuhan atau yang dianggap Tuhan.
Di alam semesta ini tidak ada seorang pun yang membantah bahwa Tuhan itu pencipta segala-galanya. Bahwa Tuhan Maha Penguasa, Tuhan Maha Tahu, Tuhan Maha Menentukan, Tuhan Maha Bijak, Tuhan Maha Kasih dan masih banyak maha lagi sifat Tuhan, tidak ada yang menyangkal.
b. Tempat Pemujaan
Masjid, Gereja, Candi, Pura dan lain-lain lagi adalah tempat manusia berkomunikasi dengan Tuhannya atau yang dianggap Tuhan. Di tempat-tempat itu dianggap Tuhan “berada”. Karena itu orang Islam menamakan masjid “rumah Allah”, maka wajarlah tempat-tempat itu dibuat sebagus mungkin, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dan karena tempat itu dianggap suci, maka tidaklah pantas dan tidak wajar bila tempattempat itu dipergunakan untuk segala keperluan, kecuali keperluan untuk membesarkan nama Tuhan. Hal ini merupakan bukti akan kemaksimalan bangsa Indonesia pada waktu itu akan cintanya kepada “Tuhannya”. Banyak pemeluk agama yang berusaha membangun tempat pemujaan sebesar dan sebagus mungkin.
c. Berbagai Seni Sebagai Manifestasi Pemujaan
Seperti dikemukakan di depan cinta menimbulkan daya kreatifitas antara lain ialah mencipta. Dalam seni pahat banyak kita jumpai arca-arca yang menggambarkan dewadewa atau sesuatu yang dipujanya. Sudah tentu tinggi rendahnya hasil seni itu bergantung kepada kemampuan penciptanya. Seni tari pun ada pula yang bersifat mengagungkan nama Tuhan atau yang dianggap “tuhan”. Misalnya tari Sanghyang Dedari dan tari Sanghyang Jaran di Bali adalah tarian bersifat keagamaan. Tari itu hanya ditarikan pada upacara agama dan tidak boleh ditonton oleh para turis, penontonnya sangat terbatas. Lagi pula tarian itu ditarikan pada dini hari tidak sembarang waktu.
2.5. Belas Kasihan
Dalam cinta sesama dipergunakan istilah belas kasihan, karena cinta disini bukan karena cakapnya, kayanya, cantiknya, pandainya, melainkan karena penderitaannya. Penderitaan ini mengandung arti luas, mungkin tua, sakit-sakitan, yatim piatu, dan sebagainya. Jika kata kasihan atau rahmah berarti bersimpati kepada nasib atau keadaan yang diderita oleh orang lain. Kemudian apa bedanya Rahmah dengan Rahman ? Kalau Rahman ada unsur memberi. Misalnya seseorang memusuhi kita, tetapi kita tidak membalasnya malahan kita jadikan dia sebagai teman baik.
Jadi pengertian Rahmah adalah kita menaruh perhatian (simpati) terhadap penderitaan orang lain, lalu kita menunjukkan jalan keluar kepadanya. Tetapi jika kita menaruh rasa simpati kepada orang yang tidak dalam kesulitan sehingga menyebabkan rusak (menjerumuskan), maka hal itu disebut memanjakan. Dalam surat Al Qolam ayat 4, maka manusia menaruh belas kasihan kepada orang lain, karena belas kasihan adalah perbutan orang yang berbudi. Sedangkan orang yang berbudi sangat dipujikan oleh Allah SWT.
Perbuatan atau sifat menaruh belas kasihan adalah orang yang berakhlak. Manusia mempunyai potensi untuk berbelas kasihan. Masalahnya sanggupkah ia menggugah potensi belas kasihannya itu. Bila orang itu tergugah hatinya maka berarti orang berbudi dan terpujilah oleh Allah SWT. Cinta adalah persatuan tanpa syarat yang berarti dalam rasa belas kasihan tidak terkandung unsur pamrih. Belas kasihan yang kita tumpahkan benar-benar keluar dari lubuk hati yang ikhlas. Kalau kita memberikan uang pada pengemis agar mendapatkan pujian, itu berarti tidak ikhlas da nada tujuan tertentu. Hal seperti itu banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat. Cara-cara menumpahkan belas kasihan bergantung kepada situasi dan kondisi. Ada yang memberikan uang, pakaian, makanan, dan sebagainya.
2.6. Manusia dan Cinta Kasih
Hidup tanpa cinta itu kosong. Cinta amat penting dalam kehidupan manusia. Belumlah sempurna hidup seseorang jika dalam hidupnya tidak pernah dihampiri perasaan cinta. Karena manusia didunia tidak hanya seorang diri, melainkan selalu melibatkan pihak lain, dengan istilah cinta tersebut haruslah diartikan, baik mencintai maupun dicintai.
Menurut Prof. Dr. Louis Leahy S.J, pada hakikatnya cintalah yang terdapat pada asal mula dari hidup, sekurang-kurang rasa cinta akan diri sendiri. (Louis Leahy : 1984). Dalam diri setiap manusia terdapat dua sumber kekuatan yang menggerakkan nya untuk berbuat termasuk untuk mencintai atau dicintai. Dua sumber kekuatan itu adalah akal dan budi di satu pihak, dan nafsu dipihak lain. Jadi, perasaan cinta dapat dipengaruhi oleh dua sumber, yaitu perasaan cinta yang digerakkan oleh akal budi dan perasaan cinta yang digerakkan oleh nafsu. Yang pertama disebut cinta sejati (cinta tanpa pamrih), sedangkan yang kedua disebut cinta nafsu (cinta pamrih).
Oleh Prof. Dr. Louis Leahy S.J, menyatakan bahwa cinta tanpa berpamrih disebut cinta kebaikan, sedangkan cinta pamrih disebut cinta utilitaris atau yang bermanfaat, artinya, yang mengindahkan kepentingan diri sendiri. Cinta kasih atau cinta sejati adalah cinta kemanusiaan yang tumbuh dan berkembang dalam lubuk sanubari setiap manusia, bukan dorongan suatu kepentingan melainkan atas dasar kesadaran bahwa hakikatnya manusia itu satu. Cinta kasih itu meliputi seluruh dunia, tanpa melihat suku bangsa, warna kulit, agama dan sebagainya dan tidak mengenal batas waktu.
Cinta kasih bersifat abadi, karena ia tidak bergantung kepada sesuatu yang ada dan melekat pada sesuatu yang dicintai. Cinta kasih keberadaannya bukan disebabkan oleh unsur-unsur yang bersifat internal, yang berkembang didalam diri kita masing-masing.
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Manusia pada hakikatnya tidak akan dapat terpisahkan dari Cinta kasih dan sayang. Cinta kasih Ideal itu adanya tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman dan kemesraan atau sering juga di sebut Segitiga Cinta yang satu sama lain harus sinergi, selaras, seimbang satu sama lain.
Cinta dan kasih mengandung arti yang hampir sama, tapi antara keduanya terdapat perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam sedangkan kasih meupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa mengarah kepada yang dicintai.
Cinta itu mulia, bisa sangat indah, cinta itu sebuah kebahagiaan, tetapi manakala cinta itu tidak sesuai dengan apa yang diharpakan, apa yang diperkirakan dan apa yang didambakan bertolak belakang dari kenyataaan yang sudah terlanjur tercipta dalam angan-angan maka cinta bisa sangat menyakitkan dan menimbulkan penderitaan yang luar biasa.
3.2. Saran
Manusia sejatinya tidak bisa hidup tanpa cinta. Layaknya seperti kebutuhan pokok, cinta juga ikut turut serta mengisi hidup manusia. Dengan adanya makalah ini diharapkan semua manusia dapat menebar rasa kasih sayang dan cinta, serta saling menghargai satu sama lain antar umat manusia di bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mustofa. Ilmu budaya dasar : CV Pustaka Setia, Bandung. 1998.
https://irvanhermawanto.blogspot.com/2017/10/contoh-makalah-ilmu-budaya-dasar.html?m=1 Suryadi, M.P 1985. Ilmu Budaya Dasar. Buku Materi Pokok. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka. Mastopo, M. Habib. Manusia dan budaya kumpulan Esay: Usaha Nasional, Surabaya. 1990.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar